Jumat, 21 Oktober 2016

TENIS MEJA TUNANETRA

LAPORAN WAWANCARA DAN OBSERVASI
TENIS MEJA TUNANETRA
PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF
Dosen Pembimbing :
Fauzul Adhim, M. Pd
Disusun oleh :
Kelompok 5
Miftahul Rahmah                    (A1F114084) 
Noor Qonita                            (A1F114092)             
Fithri Aulia Azizah                 (A1F114215)
Dewi Norliani Rahmah           (A1F114226)
Riefky Renaldy                       (A1F114234)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarrakatuh,
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan kami kesempatan hingga selesainya laporan hasil obsevasi Pendidikan Jasmani Adaptif cabang olahraga Tenis Meja Tuna Netra.
            Dengan selesainya laporan ini semoga dapat menjadikan sumber referensi untuk memperoleh pengetahuan mengenai cabang olahraga Tenis Meja Tunanetra yang di Modifikasi.
            Akhir kata, kami seluruh anggota kelompok mengucapkan banyak-banyak meminta maaf apabila ada kesalahan kata maupun perbuatan dalam proses terlaksananya observasi ini.
Wassalamualaikum Warrahmatullah Wabarrakatuh.

                                                                                   
                                                                                                Penyusun


          Kelompok 5





WAWANCARA
Pelatih Tenis Meja Tunanetra

Tujuan Wawancara Pelatih:
Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas latihan  program Tenis Meja Tunanetra
Pertanyaan panduan :
Untuk Guru/pelatih

A.    Identitas Diri

1)      Nama               : Abdul Sidik 
2)      Jabatan                        : Pelatih
3)      Agama             : Islam
4)      Pekerjaan         : Guru Olahraga
5)      Alamat                        :  Martapura

B.      Pertanyaan penelitian
1)      Sudah berapa lama menjadi pelatih cabang olahraga tenis meja di panti sosial bina netra fajar harapan?
2)      Bagaimana respon anak-anak dalam hal pembelajaran?
3)      Apa sajakah kesulitan ataupun kendala dalam melatih anak-anak tunanetra?
4)      Apakah Sarana cukup memadai untuk cabang olahraga tenis meja di panti ini?
5)      Apa saja alat yang diperlukan dalam olahraga tenis meja tunanetra ini?
6)      Bagaimana cara memodifikasi olahraga ini agar dapat digunakan anak tunanetra?
7)      Apa saja peraturan yang harus dipatuhi dalam teknis permainannya


WAWANCARA
Anak yang ikut Tenis Meja Tunanetra 1

Tujuan Wawancara Anak:
Untuk mengetahui informasi dan kendala seputar Tenis Meja Tunanetra.

Pertanyaan panduan :
Untuk anak yang ikut serta dalam tenis meja tuna netra

A.    Identitas Diri
1)      Nama               : Wahyu
2)      Tempat/tanggal lahir   : Ds. Sumber Arum,29 Agustus 1995
3)      Jabatan                        : Siswa
4)      Agama             : Islam
5)      Pekerjaan         : -
6)      Alamat                        : Asrama Panti Sosial Fajar Harapan Martapura  
7)      Pendidikan      : SMA
8)      Prestasi            :
·         Lomba Tenis Meja Tingkat. Pelajar Juara 1 di Yogyakarta
·         Lomba Tenis Meja (FORTY) Juara 1 di Pekanbaru

B.     Pertanyaan penelitian
1.      Apa saja kendala yang kalian rasakan selama ini dalam latihan?
2.      Berapa orang setiap peraimainan/latihan?
3.      Apakah seperangkat peralatan tersebut berasal dari mana?
4.      Berapa kali pernah ikut ajang kejuaraan tenis meja, dimana saja?
5.      Apakah memiiki kebisaan di cabang olahraga lainnya?




WAWANCARA
Anak yang ikut Tenis Meja Tunanetra 2

Tujuan Wawancara Anak:
Untuk mengetahui informasi dan kendala seputar Tenis Meja Tunanetra.

Pertanyaan panduan :
Untuk anak yang ikut serta dalam tenis meja tuna netra

A.    Identitas Diri
1)      Nama               : Nur Hanisah
2)      Tempat/tanggal lahir   : Martapura, 9 September 1990
3)      Jabatan                        : Siswi
4)      Agama             : Islam
5)      Pekerjaan         : -
6)      Alamat                        : Asrama Panti Sosial Fajar Harapan Martapura  
7)      Pendidikan      : SMA
8)      Prestasi            :
·         Peraih Medali Emas tahun 2010 di Jakarta cabang Tenis Meja
·         Peraih Medali Emas tahun 2012 di Riau cabang Tenis Meja

B.     Pertanyaan penelitian









CATATAN LAPANGAN I

Hari/Tanggal   : Selasa/ 20 September 2016
Waktu             : 09.00 – 11.00
Tempat            : Panti Sosial Fajar Harapan Martapura
Kegiatan          : Observasi Awal

Deskripsi :

            Pada hari Selasa, 20 September 2016, kami kelompok yang beranggotakan 5 orang melakukan observasi dalam mata kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif  ke Panti Sosial Bina Netra Fajar Harapan Martapura untuk mencari pengetahuan seputar olahraga anak tunanetra yaitu Tenis Meja. Disana kami menemui seorang pelatih tenis meja untuk tunanetra bernama Bapak Abdul Sidik.  Beliau sudah lama menjadi pelatih cabang olahraga bidang Tenis Meja tunanetra tersebut selain cabang olahraga itu beliau juga pernah ikut membantu untuk melatih cabang olahraga Gool Ball.
            Bapak Abdul Sidik mengatakan, “ Hampir seluruh anak mengikuti kegiatan olahraga dan bidang kesenian lainya di panti, tetapi semua yang dilakukan anak hasil dari pilihan mereka mau dalam bidang apa saja, dan kami pihak panti dan sekolah memfasilitasi untuk membantu pelatihan mereka”
            Anak yang memilih cabang olahraga Tenis Meja lumayan banyak ketika masih dengan menggunakan meja lama dan teknik-teknik lama, karena sekarang tenis meja tunanetra ada yang baru yaitu dengan teknik dan meja yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa oleh Internasional Blind Sport Federation beda halnya dengan yang dahulu, Meja masih menggunakan hasil modifikasi yang biasa dengan teknik yang hampir sama dengan tenis meja orang awam yang membedakan dengan orang awam atau biasa hanyalah bola dan mejanya yang dimodiikasi tetapi masih belum maksimal. Dan yang sekarang modifikasi sudah mulai maksimal dengan bola dan meja yang disesuaikan.
            Tempat untuk latihan tenis meja juga disesuaikan yaitu dengan kedap suara tanpa ada kebisingan atau tempat khusus sehingga tidak mengganggu konsentrasi anak.
            Kendala anak-anak dalam cabang olaharaga ini yaitu karena kurangnya fasilitas meja yang baru, meja tersebut sekarang sudah baru jadi anak-anak harus mengumpulkan uang mereka agar dapat membeli meja yang baru tersebut, karena perlombaan tidak lagi memakai meja yang dulu.
            Sekarang sudah dengan peraturan baru. Tentunya, anak-anak harus belajar dengan meja yang baru tersebut agar bisa menyesuaikan pada saat perlombaan.
            Hingga kini belum ada bantuan dari pemerintah, sehingga mereka harus membelinya dengan uang sendiri. Hal ini karena juga bantuan dan support orang tua mereka yang ingin anaknya maju. Sehingga mereka juga mengizinkan untuk membeli alat-alat seperangkat untuk tenis meja yang baru. Sampai sekarang ini, anak-anak tunanetra di Fajar Harapan berlatih memakai meja tersebut yang kepemilikannya masih milik siswa bukan sekolah atau pun panti.
            Untuk mengahadapi PEPARNAS, dua orang anak tunanetra yang akan mewakili Kalimantan Selatan di cabang olahraga Tenis Meja yakni Wahyu dan Nurhanisah sudah melakukan latihan selama 6 bulan, dan mereka akan berangkat pada bulan Oktober.











CATATAN LAPANGAN II

Hari/Tanggal   : Kamis/ 22 September 2016
Waktu             : 09.00 – 13.00
Tempat            : Panti Sosial Fajar Harapan Martapura
Kegiatan          : Observasi Kedua

Deskripsi         :
            Pada hari Kamis, 22 September 2016 kelompok kami kembali mengunjungi Panti Sosial Bina Netra Fajar Harapan Martapura untuk melakukan observasi kedua yaitu untuk melihat dan memantau permainan, teknik, dan peraturan serta tata caranya. Karena observasi pertama kami hanya mewawancara pelatih nya saja.
             Dan observasi yang kedua ini, kami bertemu langsung dengan atlet-atletnya. Ternyata mereka tidak hanya menguasai cabang tenis meja saja tetapi juga catur dan renang.
            Yang kami kunjungi hanya dua orang anak, karena mereka berdualah yang akan mewakili untuk perlombaan tenis meja ini di ajang nasional.
            Dalam observasi yang kedua ini lebih kepada petunjuk pelaksanaan dan proses latihan, jadi akan kita bahas pada point selanjutnya.

Hal-hal mengenai Permainan :
·         Wasit harus dua, yang satu sebagai peniup pluit dan yang satunya lagi sebagai pengatur jalannya permainan.
·         Pada saat perlombaan sistemnya tergantung permainan lomba (set nya)








TENIS MEJA TUNANETRA
DENGAN PERATURAN DAN TATA CARA YANG LAMA


Salah satu jenis olahraga adaptif  yang berkembang di Indonesia adalah Tenis meja Tunanetra. Walaupun para tunanetra mengalami gangguan penglihatan, namun bukan berarti mereka tidak bisa bermain tenis meja. Permainan tenis meja tunanetra pertama kali diciptakan oleh seorang guru SLB/A Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus Jakarta yang bernama Drs. Suradji. Memang pada dasarnya permainan olahraga tenis meja harus memanfaatkan penglihatannya dalam bermain. Maka dar it segala   ha yang   berkaita dengan   penglihata dala permainan   in harus diadaptasikan.


A.    Peralatan yang digunakan  :

1.      Bed pingpong yang lapisan karetnya dilepas
2.      Bola pingpong yang diisi dengan peluru(gotri sepeda yang kecil)

B.     Ukuran meja
1.      Panjang 730cm + 5cm untuk selokannya
2.      Lebar 152 cm + 5cm untuk selokannya
3.      Bisa dibuat seperti meja pingpong awas sehingga mudah/tidak terlalu berat dipindah
4.      Batas ukuran miring pada saat melakukan service dari garis teng kekanan 40cm dan ke kiri 40 cm (jumlah area sasaran service 80cm)

C.    Peraturan tenis meja
1.      Service harus lurus dan pelan dan sebelumnya harus memberi kode kepada lawan dengan bilang siap? Lawan menjawab siap/ ya baru dilakukan service
2.      Service miring seperti garis panah hijau berarti salah dan di ulang sampai 3 kali , apabil 3 kali salah berarti point untuk lawan
3.      Bola pengambilan service juga dilakukan dengan pelan( pelan disini maksudnya diharapkan sama seperti jalannya bola service)
4.      Service harus sampai pada area service. Kalau tidak sampai berarti point untuk lawan
5.      Arah pengambilan service boleh lurus, miring dengn catatan pelan
6.      Semua pemain diharuskan memakai penutup mata(blind full)
7.      Game pada angka 21 dengan 2 kemenangan( two wining set) service dilakukan 2 kali pindah/ganti

D.    Arena tenis meja yang aksesibel
Arena tenis meja adalah tempat dimana lapangan tenis meja diletakkan. Arena juga mengandung lingkungan sekitar lapangan. Olahraga tenis meja tunanetra membutuhkan arena yang aksisibel. Kategori akses mengandung makna bahwa para pemain tunanetra dapat bermain tenis meja dengan aman, mudah, dan mandiri.

E.     Keunikan permainan tenis meja tunanetra
Permainan tenis meja tunanetra banyak perbedaannya dengan tenis meja biasa. Perbedaan yang ada disesuaikan dengan kondisi penyandang tunanetra. menurut salah seorang guru atau yang sehari-harinya bergelut dengan olahraga adaptif, bahwa penyesuaian permainan olahraga terdapat pada lapangan, bed, bola, beberapa peraturan, dan cara bermainnya. Penyesuaian tersebut, dikarenakan penyandang tunanetra mengalami kesulitan jika  menggunakasegala  sesuatyanberkenaadengaolahragtenis  meja  pada umumnya. Kesulitan yang timbul akibat dari tidak fungsinya atau terganggunya penglihatan. Para tunanetra tinggal menggunakan permainan tenis meja yang sudah ada. Segala adaptasi telah disetujui oleh NPC/National Paralimpic Comitte. NPC adalah lembaga olahraga binaan KONI  untuk  mengurusi  olahraga  bagi  penyandang  disabilitas.  NPsebelumnya  bernama BPOC (Badan Pembina Olahraga Cacat).
Adaptasi lapangan tenis meja tunanetra diarahkan agar dalam kondisi tidak melihat, tunanetra dapat menguasai lapangan, termasuk anak tunanetra bisa mengambil bola di pinggir lapangan. Lapangan tenis meja lebih lebar masing-masing 5 cm di bagian kiri, kanan dan belakang. Kelebihan lebar 5 cm bentuknya lebih rendah dari lapangan utamanya dan bagian luarnya ditinggikan kira-kira 10 cm untuk menghalangi bola supaya tidak keluar.
Namun padakenyatannya jika bolanya cepat, terkadang bola keluar lapangan. Adaptasinya lainnya yaitu lapangan tenis meja tunanetra diberi batas untuk menentukan lapangan bagian depan dan bagian belakang . Hal ini untuk membatasi saat service, jika bola tidak sampai ke lapangan bagian belakang, maka dianggap mati, sehingga poin bagi lawan.
Adaptasi berikutnya adalah adaptasi bed tenis meja. Pada bed tenis meja biasa, masih dilapisi karet untuk pemantul, namun untuk bed tenis meja tunanetra tidak terdapat karet, sehingga cukup dengan papan dasarnya yang biasanya terbuat dari triplek atau kayu. Bed tenis meja tunanetra tidak memerlukan karet karena pada saat main tidak memerlukan pantulan. Justru jika masih ada karetnya maka akan mengganggu pantulan. Tujuan lainnya yaitu supaya menimbulkan suara pukulan saat bed tenis meja tuanetra mengenai bola. Pengadaan bed tenis meja tunanetra saat ini masih terbatas. Biasanya penyandang tunanetra membeli bed tenis meja biasa, kemudian karetnya dikelupas atau seringkali tunanetra mencari bed tenis meja biasa yang telah rusak sehingga tinggal menghilangkan sisa-sisa karetnya saja.
Bola tenis meja tunanetra juga memerlukan adaptasi yang cukup unik. Bola tenis meja biasa tidak bisa digunakan oleh tunanetra karena pergerakan bola tidak bisa diakses oleh orang yang tidak bisa melihat. Tunanetra memerlukan suara untuk mendeteksi pergerakan bola. Maka dari itu bola tenis meja biasa tersebut didalamnya diberi benda yang bisa menimbulkan bunyi. Biasanya diberi gotri sepeda ukuran kecil sebayak 3-4 biji. Pada saat bola bergerak maka akan menimbulkan bunyi. Cara memasukkan gotri yaitu dengan menggunakan teknik dipanasi jarum untuk melubangi kulit bola dan kecepatan memasukkan sehingga lubang bekas memasukkan tadi tidak bisa untuk keluar gotri yang telah dimasukkan. Untuk menambah keamanan supaya gotri tersebut tidak bisa keluar, maka biasanya bekas lubangnya ditutupi plester putih yang biasa untuk memplester kertas kado.
Keunikan permainan tenis meja tunanetra lainnya yaitu pada peraturan permainannya. Ada beberapa peraturan yang tidak sama dengan tenis meja biasa antara lain bola tidak melalui atas net, namun melalui bawah net. Justru jika bola melewati atas net maka dianggap mati. Net yang digunakan untuk permainan tenis meja tunanetra sama seperti yang digunakan pada tenis meja biasa, hanya saja posisi bawah netnya harus bisa dilalui oleh bola tenis meja sehingga lubang bawah net lebih besar (lebih tinggi) dari ukuran bolanya. Service dan pengembalian bola pertama juga ada ketentuan yaitu tidak boleh cepat. Menurut guru yang mengajar tenis meja, kecepatannya tergantung dari persepsi pemain/wasit. Artinya setiap pemain atau wasit terkadang mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Keunikan lainnya yaitu bola harus melewati bagian depan lapangan tenis meja dan harus berada di bagian belakang tenis meja. Jika bola saat service maupun permainan berikutunya tersebut tidak bisa melewati batas bagian depan lapangan maka dianggap bola keluar.
Cara bermain tenis meja tunanetra bolanya bukan dengan cara dipukul, melainkan didorong dengan menggunakan bed yang telah dikelupas kulitnya. Biasanya cara mendorong bola dengan posisi backhand, akan tetapi tetap diperbolehkan dengan posisi forehand.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar