LAPORAN WAWANCARA DAN OBSERVASI
TENIS MEJA TUNANETRA
PENDIDIKAN
JASMANI ADAPTIF
Dosen Pembimbing :
Fauzul Adhim, M. Pd
Disusun oleh :
Kelompok 5
Miftahul Rahmah (A1F114084)
Noor Qonita (A1F114092)
Fithri Aulia Azizah (A1F114215)
Dewi Norliani Rahmah (A1F114226)
Riefky Renaldy (A1F114234)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warrahmatullah Wabarrakatuh,
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
kami kesempatan hingga selesainya laporan hasil obsevasi Pendidikan Jasmani
Adaptif cabang olahraga Tenis Meja Tuna Netra.
Dengan selesainya
laporan ini semoga dapat menjadikan sumber referensi untuk memperoleh
pengetahuan mengenai cabang olahraga Tenis Meja Tunanetra yang di Modifikasi.
Akhir kata, kami
seluruh anggota kelompok mengucapkan banyak-banyak meminta maaf apabila ada
kesalahan kata maupun perbuatan dalam proses terlaksananya observasi ini.
Wassalamualaikum Warrahmatullah Wabarrakatuh.
Penyusun
Kelompok 5
WAWANCARA
Pelatih Tenis Meja Tunanetra
Tujuan Wawancara Pelatih:
Untuk mengetahui sejauh mana
efektivitas latihan program Tenis Meja
Tunanetra
Pertanyaan panduan :
Untuk Guru/pelatih
A. Identitas Diri
1) Nama : Abdul Sidik
2) Jabatan : Pelatih
3) Agama : Islam
4) Pekerjaan : Guru Olahraga
5) Alamat : Martapura
B. Pertanyaan
penelitian
1) Sudah
berapa lama menjadi pelatih cabang olahraga tenis meja di panti sosial bina
netra fajar harapan?
2) Bagaimana
respon anak-anak dalam hal pembelajaran?
3) Apa
sajakah kesulitan ataupun kendala dalam melatih anak-anak tunanetra?
4) Apakah
Sarana cukup memadai untuk cabang olahraga tenis meja di panti ini?
5) Apa saja
alat yang diperlukan dalam olahraga tenis meja tunanetra ini?
6) Bagaimana
cara memodifikasi olahraga ini agar dapat digunakan anak tunanetra?
7) Apa saja
peraturan yang harus dipatuhi dalam teknis permainannya
WAWANCARA
Anak
yang ikut Tenis Meja Tunanetra 1
Tujuan Wawancara Anak:
Untuk mengetahui informasi dan
kendala seputar Tenis Meja Tunanetra.
Pertanyaan panduan :
Untuk anak yang ikut serta dalam tenis meja tuna netra
A. Identitas Diri
1) Nama : Wahyu
2) Tempat/tanggal
lahir : Ds. Sumber Arum,29 Agustus 1995
3) Jabatan : Siswa
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan : -
6) Alamat : Asrama Panti Sosial
Fajar Harapan Martapura
7) Pendidikan : SMA
8) Prestasi :
·
Lomba Tenis Meja Tingkat. Pelajar
Juara 1 di Yogyakarta
·
Lomba Tenis Meja
(FORTY) Juara 1 di Pekanbaru
B. Pertanyaan penelitian
1. Apa saja
kendala yang kalian rasakan selama ini dalam latihan?
2. Berapa
orang setiap peraimainan/latihan?
3. Apakah
seperangkat peralatan tersebut berasal dari mana?
4. Berapa
kali pernah ikut ajang kejuaraan tenis meja, dimana saja?
5. Apakah
memiiki kebisaan di cabang olahraga lainnya?
WAWANCARA
Anak
yang ikut Tenis Meja Tunanetra 2
Tujuan Wawancara Anak:
Untuk mengetahui informasi dan
kendala seputar Tenis Meja Tunanetra.
Pertanyaan panduan :
Untuk anak yang ikut serta dalam tenis meja tuna netra
A. Identitas Diri
1) Nama :
Nur Hanisah
2) Tempat/tanggal
lahir : Martapura, 9 September 1990
3) Jabatan : Siswi
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan : -
6) Alamat : Asrama Panti Sosial
Fajar Harapan Martapura
7) Pendidikan : SMA
8) Prestasi :
·
Peraih Medali Emas
tahun 2010 di Jakarta cabang Tenis Meja
·
Peraih Medali Emas
tahun 2012 di Riau cabang Tenis Meja
B. Pertanyaan penelitian
CATATAN LAPANGAN I
Hari/Tanggal : Selasa/ 20 September 2016
Waktu : 09.00 – 11.00
Tempat : Panti Sosial Fajar Harapan Martapura
Kegiatan : Observasi Awal
Deskripsi :
Pada
hari Selasa, 20 September 2016, kami kelompok yang beranggotakan 5 orang
melakukan observasi dalam mata kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif ke Panti Sosial Bina Netra Fajar Harapan
Martapura untuk mencari pengetahuan seputar olahraga anak tunanetra yaitu Tenis
Meja. Disana kami menemui seorang pelatih tenis meja untuk tunanetra bernama
Bapak Abdul Sidik. Beliau sudah lama
menjadi pelatih cabang olahraga bidang Tenis Meja tunanetra tersebut selain
cabang olahraga itu beliau juga pernah ikut membantu untuk melatih cabang
olahraga Gool Ball.
Bapak
Abdul Sidik mengatakan, “ Hampir seluruh anak mengikuti kegiatan olahraga dan
bidang kesenian lainya di panti, tetapi semua yang dilakukan anak hasil dari
pilihan mereka mau dalam bidang apa saja, dan kami pihak panti dan sekolah memfasilitasi
untuk membantu pelatihan mereka”
Anak
yang memilih cabang olahraga Tenis Meja lumayan banyak ketika masih dengan
menggunakan meja lama dan teknik-teknik lama, karena sekarang tenis meja
tunanetra ada yang baru yaitu dengan teknik dan meja yang sudah dimodifikasi
sedemikian rupa oleh Internasional Blind Sport Federation beda halnya dengan
yang dahulu, Meja masih menggunakan hasil modifikasi yang biasa dengan teknik
yang hampir sama dengan tenis meja orang awam yang membedakan dengan orang awam
atau biasa hanyalah bola dan mejanya yang dimodiikasi tetapi masih belum
maksimal. Dan yang sekarang modifikasi sudah mulai maksimal dengan bola dan
meja yang disesuaikan.
Tempat
untuk latihan tenis meja juga disesuaikan yaitu dengan kedap suara tanpa ada
kebisingan atau tempat khusus sehingga tidak mengganggu konsentrasi anak.
Kendala
anak-anak dalam cabang olaharaga ini yaitu karena kurangnya fasilitas meja yang
baru, meja tersebut sekarang sudah baru jadi anak-anak harus mengumpulkan uang
mereka agar dapat membeli meja yang baru tersebut, karena perlombaan tidak lagi
memakai meja yang dulu.
Sekarang
sudah dengan peraturan baru. Tentunya, anak-anak harus belajar dengan meja yang
baru tersebut agar bisa menyesuaikan pada saat perlombaan.
Hingga
kini belum ada bantuan dari pemerintah, sehingga mereka harus membelinya dengan
uang sendiri. Hal ini karena juga bantuan dan support orang tua mereka yang
ingin anaknya maju. Sehingga mereka juga mengizinkan untuk membeli alat-alat
seperangkat untuk tenis meja yang baru. Sampai sekarang ini, anak-anak
tunanetra di Fajar Harapan berlatih memakai meja tersebut yang kepemilikannya
masih milik siswa bukan sekolah atau pun panti.
Untuk
mengahadapi PEPARNAS, dua orang anak tunanetra yang akan mewakili Kalimantan
Selatan di cabang olahraga Tenis Meja yakni Wahyu dan Nurhanisah sudah
melakukan latihan selama 6 bulan, dan mereka akan berangkat pada bulan Oktober.
CATATAN LAPANGAN II
Hari/Tanggal : Kamis/ 22 September 2016
Waktu : 09.00 – 13.00
Tempat : Panti Sosial Fajar Harapan Martapura
Kegiatan : Observasi Kedua
Deskripsi :
Pada
hari Kamis, 22 September 2016 kelompok kami kembali mengunjungi Panti Sosial
Bina Netra Fajar Harapan Martapura untuk melakukan observasi kedua yaitu untuk
melihat dan memantau permainan, teknik, dan peraturan serta tata caranya.
Karena observasi pertama kami hanya mewawancara pelatih nya saja.
Dan observasi yang kedua ini, kami bertemu
langsung dengan atlet-atletnya. Ternyata mereka tidak hanya menguasai cabang
tenis meja saja tetapi juga catur dan renang.
Yang
kami kunjungi hanya dua orang anak, karena mereka berdualah yang akan mewakili
untuk perlombaan tenis meja ini di ajang nasional.
Dalam
observasi yang kedua ini lebih kepada petunjuk pelaksanaan dan proses latihan,
jadi akan kita bahas pada point selanjutnya.
Hal-hal mengenai Permainan :
·
Wasit harus dua, yang
satu sebagai peniup pluit dan yang satunya lagi sebagai pengatur jalannya
permainan.
·
Pada saat perlombaan
sistemnya tergantung permainan lomba (set nya)
TENIS MEJA TUNANETRA
DENGAN PERATURAN DAN
TATA CARA YANG LAMA
Salah satu jenis olahraga adaptif yang berkembang di Indonesia adalah
Tenis meja Tunanetra. Walaupun
para
tunanetra
mengalami gangguan
penglihatan, namun
bukan berarti
mereka tidak bisa bermain tenis meja. Permainan
tenis meja tunanetra
pertama kali diciptakan oleh seorang guru
SLB/A Pembina
Tingkat Nasional Lebak Bulus Jakarta yang bernama
Drs. Suradji. Memang pada dasarnya permainan olahraga tenis meja harus memanfaatkan penglihatannya dalam bermain. Maka
dari
itu segala hal yang berkaitan dengan penglihatan dalam permainan ini harus diadaptasikan.
A. Peralatan yang digunakan :
1. Bed pingpong yang lapisan karetnya dilepas
2. Bola pingpong yang diisi dengan peluru(gotri sepeda yang
kecil)
B.
Ukuran
meja
1. Panjang 730cm + 5cm untuk selokannya
2. Lebar 152 cm + 5cm untuk selokannya
3. Bisa dibuat seperti meja pingpong awas sehingga
mudah/tidak terlalu berat dipindah
4. Batas ukuran miring pada saat melakukan service dari
garis teng kekanan 40cm dan ke kiri 40 cm (jumlah area sasaran service 80cm)
C. Peraturan tenis meja
1. Service harus lurus dan pelan dan sebelumnya harus
memberi kode kepada lawan dengan bilang siap? Lawan menjawab siap/ ya baru
dilakukan service
2. Service miring seperti garis panah hijau berarti salah
dan di ulang sampai 3 kali , apabil 3 kali salah berarti point untuk lawan
3. Bola pengambilan service juga dilakukan dengan pelan(
pelan disini maksudnya diharapkan sama seperti jalannya bola service)
4. Service harus sampai pada area service. Kalau tidak
sampai berarti point untuk lawan
5. Arah pengambilan service boleh lurus, miring dengn
catatan pelan
6. Semua pemain diharuskan memakai penutup mata(blind full)
7. Game pada angka 21 dengan 2 kemenangan( two wining set)
service dilakukan 2 kali pindah/ganti
D.
Arena tenis
meja yang
aksesibel
Arena tenis meja adalah tempat dimana lapangan tenis meja diletakkan. Arena juga mengandung
lingkungan sekitar
lapangan. Olahraga
tenis meja
tunanetra
membutuhkan
arena
yang aksisibel. Kategori akses mengandung makna bahwa
para pemain tunanetra dapat bermain
tenis meja
dengan
aman, mudah, dan mandiri.
E.
Keunikan permainan tenis meja tunanetra
Permainan
tenis meja
tunanetra banyak perbedaannya dengan tenis meja
biasa.
Perbedaan yang ada
disesuaikan dengan kondisi penyandang tunanetra. menurut salah
seorang guru atau yang sehari-harinya bergelut dengan olahraga adaptif, bahwa
penyesuaian
permainan olahraga terdapat pada lapangan, bed, bola, beberapa peraturan, dan
cara bermainnya. Penyesuaian tersebut, dikarenakan penyandang tunanetra mengalami kesulitan
jika
menggunakan segala
sesuatu yang berkenaan dengan olahraga tenis
meja
pada umumnya. Kesulitan yang timbul akibat dari tidak fungsinya atau
terganggunya penglihatan. Para tunanetra
tinggal menggunakan permainan tenis meja
yang sudah ada. Segala adaptasi telah disetujui oleh NPC/National Paralimpic Comitte. NPC adalah lembaga olahraga binaan
KONI untuk
mengurusi
olahraga bagi
penyandang
disabilitas.
NPC sebelumnya
bernama
BPOC (Badan
Pembina
Olahraga Cacat).
Adaptasi lapangan
tenis meja
tunanetra
diarahkan
agar dalam kondisi tidak melihat,
tunanetra
dapat menguasai lapangan, termasuk anak tunanetra bisa mengambil bola di pinggir lapangan. Lapangan
tenis meja lebih lebar masing-masing 5 cm di bagian kiri, kanan dan belakang. Kelebihan
lebar 5 cm bentuknya lebih
rendah
dari lapangan utamanya
dan bagian
luarnya ditinggikan kira-kira 10 cm untuk menghalangi bola supaya tidak keluar.
Namun padakenyatannya jika bolanya cepat, terkadang bola keluar lapangan. Adaptasinya lainnya yaitu lapangan tenis meja tunanetra diberi batas untuk menentukan lapangan bagian depan dan bagian belakang . Hal ini untuk membatasi saat service, jika bola tidak sampai ke lapangan
bagian belakang, maka dianggap
mati, sehingga
poin bagi lawan.
Adaptasi berikutnya
adalah adaptasi bed tenis meja. Pada bed
tenis meja biasa, masih dilapisi karet untuk pemantul, namun untuk bed tenis meja
tunanetra
tidak terdapat karet, sehingga cukup dengan papan dasarnya yang biasanya terbuat dari triplek atau kayu. Bed
tenis meja
tunanetra
tidak memerlukan karet karena pada saat main tidak memerlukan
pantulan. Justru
jika masih ada karetnya maka akan
mengganggu
pantulan. Tujuan
lainnya yaitu
supaya menimbulkan suara pukulan saat bed tenis meja tuanetra mengenai bola.
Pengadaan bed tenis meja tunanetra
saat ini masih
terbatas. Biasanya penyandang tunanetra
membeli bed tenis meja biasa, kemudian karetnya dikelupas atau seringkali tunanetra mencari bed
tenis meja
biasa yang
telah rusak sehingga
tinggal menghilangkan
sisa-sisa
karetnya saja.
Bola tenis meja tunanetra juga memerlukan adaptasi yang
cukup unik. Bola
tenis meja biasa tidak bisa digunakan oleh tunanetra karena pergerakan bola tidak bisa diakses oleh orang yang tidak bisa melihat. Tunanetra memerlukan suara untuk mendeteksi pergerakan bola. Maka
dari itu bola tenis meja biasa tersebut didalamnya
diberi benda
yang
bisa menimbulkan
bunyi. Biasanya
diberi gotri sepeda ukuran
kecil sebayak 3-4 biji. Pada saat bola bergerak maka akan
menimbulkan bunyi. Cara
memasukkan
gotri yaitu
dengan menggunakan
teknik dipanasi jarum untuk melubangi kulit bola dan
kecepatan memasukkan
sehingga lubang
bekas memasukkan
tadi tidak bisa untuk keluar gotri yang
telah dimasukkan. Untuk menambah keamanan supaya
gotri tersebut tidak bisa keluar, maka biasanya bekas lubangnya
ditutupi plester putih yang biasa untuk memplester
kertas kado.
Keunikan permainan tenis meja tunanetra
lainnya yaitu
pada
peraturan permainannya. Ada beberapa peraturan yang tidak sama dengan tenis meja biasa antara lain bola tidak
melalui atas net, namun melalui bawah net. Justru jika
bola melewati atas net maka
dianggap mati. Net
yang digunakan untuk permainan tenis meja tunanetra sama seperti yang digunakan
pada tenis meja biasa, hanya saja posisi
bawah netnya harus bisa dilalui oleh bola tenis meja sehingga lubang
bawah
net lebih
besar
(lebih tinggi) dari ukuran
bolanya. Service dan pengembalian bola pertama juga ada
ketentuan
yaitu tidak boleh
cepat. Menurut guru yang mengajar
tenis meja, kecepatannya tergantung dari persepsi pemain/wasit. Artinya setiap
pemain
atau wasit terkadang mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Keunikan lainnya yaitu
bola harus melewati bagian
depan
lapangan tenis meja dan
harus berada di bagian belakang
tenis meja. Jika
bola saat service maupun permainan berikutunya
tersebut tidak bisa melewati
batas bagian
depan lapangan maka dianggap bola
keluar.
Cara bermain tenis meja
tunanetra bolanya bukan dengan cara
dipukul, melainkan
didorong dengan
menggunakan
bed
yang telah
dikelupas kulitnya. Biasanya cara mendorong bola
dengan posisi backhand, akan
tetapi tetap
diperbolehkan
dengan
posisi forehand.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar